30 August 2009

Variasi Teknik Hacking Web

Terdapat beberapa cara untuk criminal dapat mengancam jaringan web. Berikut list beberapa aksi teknik hacking :

Reconnaissance
Dalam teknik ini, criminal dapat memperoleh informasi mengenai target system, termasuk username, password, parameter input, program atau bahasa script, tipe server, dan system operasi.

Probe
Dalam fase ini criminal mendeteksi kelemahan system SQL injection termasuk dalam teknik ini dan banyak digunakan untuk menemukan hal tersembunyi dan lubang keamanan yang ada.

Toehold
Criminal akan memproses fase ini ketika penyusup masuk ke dalam system, membangun koneksi, biasanya menyerang session, mencari informasi system dan mulai mengeksploitasi kelemahan keamanan.

Advancement
Fase ini criminal akan mencari konfigurasi error dan mengubah ke account user yang masih unprivileged menjadi priilege, atau bergerak dari normal user dengan sedikit izin akses menjadi administrator, dimana setelah itu criminal akan mendapatkan full akses untuk membuat, menghapus, memodifikasi, menerima atau memindahkan file dan informasi.

Stealth
Langkah stealth ini berupa penyamaran keberadaan penyusup yang sudah masuk ke system. Langkah tersebut dilakukan dengan mengakses dan memodifikasi log file untuk menghilangkan bukti yang dapat memberitahukan user mengenai serangan tersebut.

Listening Port
Dalam listening port tersebut, penyusup akan mengeset backdoor, yakni program ‘jahat’ yang akan memastikan aktivitas selanjutnya tidak bisa dilakukan. Program itu dinamakan ‘stealth’, atau tool backdoor, atau sniffer. Selain itu, penyusup juga dapat memberikan informasi yang salah ketika user mengakses file dan memproses jaringan system, dengan tujuan untuk menyamarkan keberadaan user.

Takeover
Digunakan untuk memperluas control dari satu system ke system lain di jaringan yang sama. Penyusup dapat menggunakan sniffer untuk mendeteksi informasi di host lain, seperti username dan password. Step ini dapat digunakan untuk menemukan host computer yang belum terkena hack sehingga penyusup dapat mengakses host lain. Step ini umumnya dilakukan dengan bahasa pemrograman yang simpe dan dikontrol oleh programmer.

Hebat, Printer Bisa Cetak Tanpa Tinta dan Listrik

Jika biasanya hardware printer menggunakan arus listrik dan juga tinta, namun di masa depan mungkin tidak akan ditemui printer seperti itu lagi. Dalam kompetisi desain Greener Gadget, printer RITI merupakan printer eco-friendly yang akan hit market printer computer dengan segera.

Printer RITI menggunakan ampas kopi atau teh untuk membuat printout computer. Untuk menggunakan printer RITI tersebut, masukkan selembar kertas, tempatkan ampas kopi atau teh ke dalam casing tinta di bagian atas printer. Lalu gerakkan casing tinta ke kiri dan kanan untuk mencetak gambar. Semuanya dilakukan tanpa menggunakan listrik, menurut laporan dari Greener Gadget.

Oleh karena printer RITI hanya bekerja secara manual, maka printer tersebut tidak ideal untuk project besar, dan hanya dapat mencetak hitam dan putih. Namun, secara keseluruhan printer RITI tersebut lebih hemat biaya pembelian tinta dan penggunaan listrik.

Ini Dia Kelemahan Pertama XP Mode di Windows 7

Sebuah pertentangan telah muncul antara vendor antivirus Sophos dan Microsoft berkaitan dengan patch dan sulitnya manajemen dari XP Mode di Windows 7. Teknologi Windows 7 XP mode tersebut digunakan untuk mempermudah jalannya aplikasi yang biasa ada di XP untuk dijalankan secara virtual di Windows 7. Namun, pertentangan muncul dari Richard Jacobs , CTO dari Sophos, yang mengungkapkan bahwa penawaran dari Microsoft tersebut nantinya memang akan kompatibel dengan banyak aplikasi, namun tidak sarat dengan keamanan...........

Dengan memberikan kemudahan path migrasi dari XP ke Windows 7, dan melewati Vista, Microsoft telah membuat bencana keamanan yang besar, tambah Jacobs. XP Mode merupakan tool independent dari Windows, yang dapat digunakan untuk share folder lama dan device di komputer dengan instalasi Windows 7. Salah satu hal yang tidak di-share adalah processor dan memory, jadi sekaligus juga tidak men-share setting security, keamanan software, patch dan sebagainya, bahkan tidak ada ‘warisan’ setting keamanan dari system baru yang ditumpanginya.

Ketika user menggunakan XP Mode tersebut, user perlu untuk melakukan patch copy XP ke Windows 7. User perlu mengatur setting secara terpisah, termasuk konfigurasi dua firewall personal dan menginstal dua copy software anti malware. Jacobs menambahkan, masalahnya akan semakin buruk ketika user tidak tahu bagaimana mengatur XP Mode virtual tersebut di desktop dan karena tidak adanya tool yang mengatur proses tersebut dari Microsoft.

Sementara respon berbeda diluncurkan oleh penasehat keamanan Microsoft, Roger Halbheer, yang membeberkan bahwa XP Mode berlaku sebagai mesin temporer yang memperbolehkan konsumen untuk menikmati keuntungan keamanan yang lebih baik dari Windows 7, dan seklaigus menikmati kompatibilitas aplikasi yang ada di XP.

Office 2010 Tidak Support Chrome dan Opera

Jika lebih sering memakai browser Google Chrome atau Opera, maka mungkin tidak bisa berharap banyak dari hadirnya Office Web Apps dari Microsoft, yang dijadwalkan akan hadir bersama Office 2010 di tahun depan. Bulan Oktober lalu, ketika Microsoft mengumumkan akan adanya kompetisi browser di Google Docs dan Spreadsheet, maka Office Web Apps dipastikan akan kompatibel hanya untuk browser web yang ‘familiar’.

Sementara itu, Microsoft tidak familiar dengan Google Chrome ataupun Opera, Internet Explorer 6 ataupun Apple Safari versi Windows. Menurut Microsoft, kesemua browser tersebut tidak ada di list browser yang support Office Web Apps. Official support untuk Office Web Apps hanya terbatas untuk browser Internet Explorer 7 dan 8, Firefox 3.5 di Windows, Mac, dan Linux, juga Safari 4 di Mac.

“Jika user memilih menggunakan browser lain, maka user harus masih mencobakannya dengan Web Apps. Sementara kami tidak bisa men-support semua browser, maka konsumen tidak akan diblokir ketika akan menggunakan mereka. Inilah tujuan dari dibentuknya Web Aps untuk kompatibilitas dan pencapaian yang lebih luas.” ulas pihak Microsoft. Berita ini juga sempat mengecewakan pihak Opera, yang kemudian berniat memperluas support-nya untuk menyambut Web Apps tersebut.

Windows 7 Bisa Bikin Boros Baterai Netbook

Baterai yang tahan lama umumnya menjadi salah satu keunggulan dari netbook. Namun, untuk netbook dengan system Windows 7 rupanya tidak mendukung kemampuan daya tahan baterai tersebut. Menurut Tom Hardware, Windows 7 akan menghabiskan satu per tiga daya tahan baterai lebih banyak, bila dibandingkan dengan perangkat yang sama dengan system Windows XP.

Dalam uji cobanya, situs tersebut menggunakan perangkat netbook Acer Aspire One dengan system Windows 7 dimana hasilnya menyebabkan daya tahan baterai berkurang hingga 2.5 jam, bila dibandingkan system operasi Windows XP SP3. Perbandingan tersebut jika fungsi konsumsi listrik rendah keduanya diaktifkan.

Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa system Windows 7 dapat dengan cepat memakan daya baterai apalagi ketika dijalankan di netbook Apple MacBook. Padahal sebelumnya, Microsoft berjanji akan meningkatkan kekuatan baterai sebesar 11 persen lebih banyak dibandingkan Windows Vista. Selain itu, akan ditambah kemampuan untuk memutar DVD, dan mampu mengubah status CPU dalam kondisi diam ketika tidak digunakan dalam waktu tertentu agar lebih efisien. Walaupun begitu, pihak Microsoft belum memberikan komentar lebih lanjut mengenai hal ini.

Inilah List Kelemahan Mac OS X 10.6 Snow Leopard

Dengan hadirnya system operasi Mac OS X 10.6 Snow Leopard, ternyata tidak semua aplikasi kompatibel dengan system tersebut, dan justru mengalami trouble ketika mengaplikasikannya. Aplikasi tersebut termasuk Adobe Photoshop Elements, Macromedia FreeHand MX, Cocktail, iStat Menus, FruitMenu, SilverKeeper, WireTap, dan sebagainya. Berikut beberapa aplikasi yang tidak kompatibel dengan Mac OS X 10.6 Snow Leopard (selengkapnya dapat melihat snowleopard.wikidot.com) :

* Game kisah mistery The Abbey
* Adobe Photoshop Elements versi Elements 6 untuk Macintosh
* Free management utility Afloat

# aMSN, cloning free open source MSN Messenger
# AppleJack, free troubleshooting utility untuk dijalankan di modus Single User
# Backup Bouncer, utility backup-software
# Books, aplikasi buku open source plus donasi
# Chax, utility iChat plus donasi
# CheckPoint SecureClient untuk VPN client
# ClamXav, free virus checker berbasis ClamAV
# Cocktail, utility maintenance
# ConceptDraw Pro, aplikasi pembuat diagram
# CuteFTP untuk FTP client
# CyberDuck untuk FTP, SFTP, WebDAV, Cloud Files dan Amazon S3 Browser
# Data Backup
# DAVE untuk file dan print sharing
# DiskWarrtior 4.1 untuk recovery file
# DynDNS untuk layanan DNS
# Electric Sheep aplikasi artwork
# Fallout II, game yang mengalami kerusakan video di system ini
# Tidak ada upgrade Forklift - FTP, SFTP, Amazon S3, WebDAV, SMB, NISm dan AFP
# FreeNX, remote display berbasis NX Server
# FruitMenu, aplikasi kustomisasi menu
# Google Gears
# info.xhead, utility database personal
# Inquisitor, pendukung pencarian web
# iStat Menus, utility system-info
# Leopard Cache Cleaner, utility maintenance system
# Line 6 Monkey, auto-updater untuk aplikasi music
# Linkinus untuk IRC client
# Macromedia FreeHand MX 11.0.2, aplikasi ilustrasi
# Magical, aplikasi pengganti jam dan calendar
# MailTags, organizer Apple Mail
# Max 5, software music
# MenuMeters, system monitoring
# Nambu, utility social-networking
# PGP Desktop dan PGP Whole Disk Encryption

Menggali Fenomena Maraknya Hotspot

Sudah bukan hal baru lagi bagi kita saat melihat pengunjung mall dengan antusias melahap berita dari Internet melalui laptop di depannya, dengan hanya ditemani sebotol teh atau camilan. Atau sekelompok mahasiswa yang menghabiskan waktunya di lingkungan kampus demi 'gratisan' Internet setiap hari. Namun jika kita cermati dengan baik, sebenarnya apakah sasaran utama dari penyediaan layanan ini pada ruang publik kita?

Memang ada banyak sekali alasan untuk suatu pihak memasang hotspot pada lokal area bisnisnya. Sebut saja kampus, karena institusi pendidikan ini mempunyai tujuan paling ‘mulia’ dalam pemasangan hotspot. Tujuan utama suatu kampus dalam menyediakan layanan hotspot tentu saja untuk memperluas akses civitas akademikanya terhadap informasi global melalui Internet, disamping mungkin juga mengembangkan komunitas e-learning yang mereka miliki. Walaupun tidak bisa dipungkiri juga terselip aspek bisnis dalam motivasinya. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sejauh mana ketepatan layanan ini mencapai sasarannya? Benarkah dalam sebuah kampus, era Internet kabel sudah harus digantikan oleh hotspot. Ataukah hanya sekedar sebagai strategi bisnis dalam persaingan dunia pendidikan yang kian ketat?

Seperti yang kita tahu, sejak banyaknya kampus menyediakan layanan hotspot, memang kampus tersebut berhasil menjadi 'rumah kedua' bagi sebagian mahasiswa. Namun sebenarnya untuk alasan apakah mereka betah berlama-lama tinggal di kampus dengan laptop atau PDA-nya, mungkin harus dikaji lebih dalam. Yang jelas tidak sepenuhnya motivasi mereka untuk 'tinggal di kampus' terkait dengan tugas kampus yang harus dikerjakannya. Banyak diantaranya yang memanfaatkannya sekedar karena 'gratis'. Karena seperti yang diketahui bersama, biaya komunikasi di Indonesia, termasuk untuk koneksi Internet, masih relatif mahal jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Itulah mengapa para mahasiswa ini lebih memilih 'gratis' di kampus, daripada 'bayar' di luar. Tentu saja semua itu sangat rasional.

Pastinya sebuah kampus sudah mempertimbangkan kemungkinan seperti tersebut di atas, sebelum mereka memutuskan untuk memasang hotspot. Jika sudah dapat menduga, mengapa juga mereka tetap memasangnya? Tak lain adalah karena pertimbangan aspek bisnis, karena seperti yang kita tahu, dunia pendidikan pun saat ini merupakan lahan bisnis yang potensial. Untuk dapat bersaing menjadi sebuah perguruan tinggi papan atas, tentunya tak semata kualitas pendidikan yang harus diperhatikan. Aspek fasilitas kampus merupakan salah satu faktor penentu layak tidaknya sebuah perguruan tinggi disebut 'bergengsi'. Bayangkan jika sebuah perguruan tinggi ternama sekelas UGM atau UI tidak mempunyai hotspot. Apa kata dunia? Itulah mengapa saat ini banyak kampus berlomba memperbaiki infrastrukturnya, termasuk infrastruktur IT-nya.

Lalu bagaimana dengan pemasangan hotspot pada suatu pusat keramaian? Seperti yang banyak kita lihat saat ini, banyak ruang publik yang menyediakan fasilitas hotspot. Untuk yang satu ini, alasannya sangat mudah ditebak, tak lain dan tak bukan adalah aspek bisnis semata. Ya, sebuah ruang publik yang menyediakan hotspot pastilah akan menarik bagi para surfer untuk mendatanginya, dan para surfer ini biasanya berasal dari ekonomi menengah ke atas. Ini merupakan suatu nilai tambah bagi proses marketing suatu pusat keramaian. Entah itu hotspot yang bersifat free hingga hotspot yang berbayar sekalipun kenyataannya tetap merupakan hal yang menarik, apalagi untuk kalangan muda di kota-kota besar, yang didominasi oleh pelajar dan mahasiswa dari berbagai penjuru daerah. Tentu saja mereka merupakan target market yang potensial. Hitung saja sudah berapa pusat perbelanjaan maupun hiburan di sekitar kita yang memasang fasilitas ini, mulai dari Mall hingga kafe-kafe, semua berlomba memperlengkapi diri dengan fasilitas ini. Tak lain hanyalah untuk menarik pengunjung sebanyak mungkin untuk memperlancar bisnis mereka masing-masing.

Jadi sebenarnya hal terpenting dari fenomena maraknya pemasangan hotspot saat ini adalah bukan untuk apa mereka memasangnya, namun bagaimana kita memanfaatkannya. Orang yang memakai layanan tersebut hanya untuk sekedar mengetahui gossip artis dan film terkini tentunya tidak akan mendapat manfaat yang sama dengan orang yang memakainya untuk bekerja melihat harga saham di pasaran terkait dengan berita terbaru kebijakan pemerintah. Begitu juga dengan mahasiswa, walaupun sama-sama mendapat akses gratis di kampus, tergantung dengan bagaimana mereka akan memanfaatkannya.